Masa Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah periode yang kompleks bagi siswa, ditandai dengan pencarian identitas dan peningkatan kebutuhan akan otonomi, yang seringkali menyebabkan ketegangan antara anak dan orang tua dalam hal akademik. Kunci untuk menjaga performa belajar siswa SMP tetap optimal adalah melalui Mendampingi Remaja Belajar dengan strategi komunikasi yang efektif, bukan dengan cara mendikte atau terlalu mengontrol. Pendampingan yang berhasil berfokus pada pembangunan motivasi intrinsik, di mana siswa merasa bertanggung jawab atas proses belajar mereka sendiri, dengan orang tua bertindak sebagai fasilitator dan mentor, bukan pengawas.
Salah satu tantangan terbesar dalam Mendampingi Remaja Belajar adalah transisi dari pengawasan ketat ke pemberdayaan. Orang tua perlu beralih dari bertanya, “Sudah selesai PR-nya?” menjadi “Bagaimana kamu akan mengatur waktu untuk menyelesaikan proyek ini?”. Pendekatan ini mengajarkan keterampilan manajemen waktu dan perencanaan, yang merupakan kunci keberhasilan di tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Komunikasi harus berfokus pada proses dan usaha, bukan hanya hasil akhir (nilai). Misalnya, jika seorang anak mendapatkan nilai rendah pada ujian IPA hari Kamis, 17 April 2025, komunikasi efektif melibatkan pertanyaan, “Apa strategi yang akan kamu coba berbeda di lain waktu?” daripada “Mengapa nilaimu jelek?”.
Strategi komunikasi yang efektif dalam Mendampingi Remaja Belajar juga mencakup menetapkan batasan yang jelas dan konsisten, terutama mengenai penggunaan gadget dan waktu belajar. Konsistensi memberikan rasa aman dan struktur. Banyak psikolog anak menyarankan untuk membuat “Kontrak Belajar” bersama anak, misalnya menetapkan waktu belajar wajib dari pukul 19.00 hingga 21.00 malam, di mana semua perangkat yang tidak relevan dengan tugas disimpan. Kontrak ini harus disepakati bersama, bukan dipaksakan, sehingga siswa merasa dihormati dan bertanggung jawab.
Pendampingan juga harus menghargai otonomi dan ruang pribadi remaja. Jika siswa merasa tercekik oleh pertanyaan atau pengawasan yang berlebihan, mereka cenderung menarik diri. Orang tua bisa melakukan pengecekan secara berkala, seperti sekali seminggu (misalnya setiap hari Minggu sore), untuk membahas progres akademik, daripada setiap malam. Dalam riset yang dilakukan oleh Parenting Institute pada bulan Maret 2024, ditemukan bahwa remaja yang merasa didukung—bukan dikendalikan—oleh orang tua menunjukkan tingkat kecemasan akademik yang lebih rendah dan motivasi belajar yang lebih tinggi. Dengan berfokus pada komunikasi suportif, orang tua dapat secara efektif Mendampingi Remaja Belajar untuk mencapai potensi akademik penuh mereka.