Kegiatan ini terwujud dalam bentuk Program Asistensi Anak Piatu yang beroperasi secara rutin dan terencana. Melalui koordinasi OSIS dan bimbingan guru, para siswa menggalang dana, menyalurkan bantuan perlengkapan sekolah, hingga memberikan dukungan moral dan motivasi belajar.
Tujuan utama dari Program Asistensi Anak Piatu adalah memastikan bahwa setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Dukungan finansial, sekecil apa pun, sangat berarti untuk membantu biaya seragam, buku, dan kebutuhan esensial lainnya, menjaga keberlanjutan proses belajar mereka.
Dampak emosional dari program ini jauh lebih berharga daripada bantuan materi. Siswa penerima bantuan merasa diperhatikan dan tidak sendirian menghadapi kesulitan. Rasa kebersamaan ini menjadi fondasi psikologis yang kuat untuk memulihkan kepercayaan diri dan semangat mereka di sekolah.
Bagi siswa yang berpartisipasi sebagai donatur atau relawan, Program Asistensi Anak Piatu adalah ladang pembelajaran karakter. Mereka belajar mengelola donasi dengan transparansi dan menumbuhkan rasa syukur atas apa yang dimiliki. Ini adalah pelatihan langsung menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Program asistensi ini menciptakan iklim sekolah yang inklusif dan suportif. Solidaritas yang terjalin antara siswa penerima dan pemberi bantuan menghapus sekat-sekat sosial, membentuk komunitas sekolah yang saling menguatkan. Seluruh warga sekolah merasakan hangatnya nilai kekeluargaan.
Untuk menjaga keberlanjutan Program Asistensi, sekolah sering melibatkan alumni dan orang tua siswa sebagai donatur tetap. Keterlibatan pihak luar ini menunjukkan bahwa kepedulian sosial adalah tanggung jawab bersama, menjadikan program ini semakin stabil dan berdampak luas.
Dengan demikian, kegiatan asistensi ini adalah praktik terbaik dalam membangun Sekolah Berkarakter. Sekolah menjadi miniatur masyarakat yang menjunjung tinggi empati, di mana setiap siswa diajarkan untuk peduli dan menjadi bagian dari solusi atas kesulitan sesama yang membutuhkan.